Belajar Arkeologi dan Keragaman Budaya Melalui Rumah Peradaban

By Admin

nusakini.com--Temuan-temuan arkeologi memiliki nilai-nilai penting peradaban masa lalu. Peradaban masa lalu merupakan akar budaya bangsa sebagai modal pemahaman akan kebinekaan untuk memperkuat karakter bangsa.

Arkeologi pun bisa menjadi bahan ajar yang menarik bagi siswa. Karena itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengaktualisasikan arkeologi sebagai bahan ajar melalui Rumah Peradaban. 

Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), I Made Geria mengatakan, Rumah Peradaban merupakan salah satu cara Kemendikbud dalam mengaktualisasikan hasil-hasil penelitian arkeologi untuk penguatan karakter bangsa. “Karakter keragaman bangsa Indonesia dengan akulturasi dan toleransi terbentuk kuat sejak dulu. Tinggal bagaimana kita mengaktualisasikannya sebagai bahan ajar,” ujarnya dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Kantor Kemendikbud pekan lalu.

Rumah Peradaban merupakan sarana edukasi dan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi untuk memberikan pemahaman tentang sejarah dan nilai budaya masa lampau dalam upaya melek budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan, dan sumber inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian. Siswa dan guru dapat mengakses Rumah Peradaban secara daring (online) di laman https://rumahperadaban.kemdikbud.go.id . 

  I Made Geria menuturkan, Rumah Peradaban merupakan media interaksi dan edukasi, dimaksudkan untuk mewujudkan literasi budaya, menumbuhkan semangat kebangsaan dan kebhinekaan, meningkatkan kecerdasan bangsa, serta menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian Indonesia.

Kegiatan Rumah Peradaban salah satunya adalah kunjungan lapangan bagi murid-murid sekolah di situs-situs arkeologi. Melalui kunjungan lapangan itu, mereka bisa belajar memaknai nilai-nilai kehidupan masa lampau, dengan dipandu para peneliti arkeologi atau sejarawan. 

  “Kunjungan lapangan ke situs-situs arkeologi merupakan wujud dari destinasi pendidikan. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan toleransi pada siswa,” tutur I Made Geria. 

  Kegiatan lainnya dalam Rumah Peradaban adalah diversifikasi media, yaitu media peraga pendidikan (tiruan dari benda-benda arkeologi) yang dibagikan ke sekolah dan menyusun buku pengayaan untuk siswa. Cara lain untuk mengaktualisasikan hasil-hasil penelitian arkeologi adalah dengan improvisasi, yakni mengaktualisasikan budaya masa lalu untuk desain batik.  

  Mengaktualisasikan arkeologi menjadi bahan ajar dengan gaya populer tidak hanya dilakukan Kemendikbud. Narasumber lain dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, Mahandis Yoanata Thamrin, editor National Geographic Magazine dan National Geographic Traveler Indonesia mengatakan, arkeologi merupakan topik yang diminati pembaca. Dalam pandangan National Geographic Magazine, Indonesia bagaikan harta karun menyimpan banyak budaya yang belum tersibak misalnya tentang manusia masa lalu yang relevan dengan masa sekarang.

“Penyajiannya dalam bentuk feature pendekatan dengan bercerita,” kata Mahandis. Ia mengatakan, bertutur di era visual ini juga bisa dilakukan dengan memuat foto yang bisa bercerita dan ditampilkan dalam media. Diharapkan, penyajian topik tentang arkeologi bisa disampaikan kepada para pendidik dengan bahasa yang mudah dipahami pendidik dan siswa.(p/ab)